Beranda | Artikel
Mencerdaskan Kehidupan Rakyat
Selasa, 17 Mei 2022

Bismillah.

Saudaraku yang dirahmati Allah, kehidupan di dunia tentu bukanlah kehidupan yang selamanya. Kita akan menjumpai kematian, dan kelak akan ada hari kebangkitan dan pembalasan atas amal-amal.

Orang yang cerdas akan menyiapkan dirinya menyambut negeri akhirat. Dia siapkan bekal terbaik untuk bertemu dengan Allah. Dia akan mempelajari agamanya yang dengan itu dia beribadah kepada Allah. Dia akan berusaha melaksanakan perintah Allah dan senantiasa menjauhi larangan-Nya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpesan kepada kita untuk hidup di dunia ini seperti keadaan orang yang asing atau sedang dalam perjalanan jauh dan sekedar numpang lewat. Dunia ini hanya sementara. Akhirat itu abadi. Dengan demikian seorang muslim yang cerdas akan melakukan apa yang Allah cintai dan ridhai untuk meraih surga dan supaya bisa selamat dari panasnya api neraka.

Dari sinilah kita mengetahui bahwa kecerdasan itu diukur dengan sejauh mana seorang hamba menyiapkan amalnya untuk menghadapi hari akhirat. Dalam mukadimah kitabnya Riyadhus Shalihin Imam Nawawi rahimahullah mengutip bait-bait syair yang indah :

Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang cerdas

Mereka ceraikan dunia dan takut akan fitnahnya

Mereka pun melihat apa yang ada padanya

Tatkala mereka sadar bahwa dunia bukan tempat tinggal selamanya

Mereka jadikan dunia sebagai samudera

Dan jadikan amal salihnya sebagai bahtera

Dalam hadits, orang cerdas itu disebut dengan al-kayyis. Man daana nafsahu; orang yang mengendalikan hawa nafsu dan jiwanya, wa ‘amila limaa ba’dal maut; dan dia beramal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Karena itulah Hasan al-Bashri megingatkan bahwa hekikat kehidupan dunia seorang insan adalah umur dan waktunya. Dia adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap hari berlalu artinya telah lenyap darinya anggota dan bagian dari kehidupan dirinya.

Duhai, perjalanan masih panjang sementara bekal kita masih sedikit. Apa yang sudah kita siapkan untuk menghadapi hari perhtungan dan penimbangan amal. Apakah ketaatan yang kita lakukan atau justru keburukan dan dosa yang kita kumpulkan waktu demi waktu.

Bertaubatlah wahai jiwa, kematian itu datang secara tiba-tiba….

Wallahul musta’aan.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/mencerdaskan-kehidupan-rakyat/